Kunci Pemulihan Bahu Pasca Operasi Rotator Cuff dengan bedah Arthroscopy
Arikel ini membahas membahas tentang perbandingan efektivitas posisi tubuh (berbaring vs berdiri) dalam program rehabilitasi pascaoperasi perbaikan rotator cuff penuh dengan teknik arthroscopy, berdasarkan Penelitian Qiang Wang, dkk (2023) Effect of different posotions on rehabilitation after rotator cuff repair under shoulder arthroscopy.
Mengenal Rotator Cuff: Penjaga Stabilitas Bahu Anda
Setiap kali Anda mengangkat tangan, menyisir rambut, atau meraih sesuatu di rak, rotator cuff berperan besar dalam pergerakan tersebut. Tapi, apa sebenarnya rotator cuff itu?
Rotator cuff adalah kumpulan empat otot dan tendon yang mengelilingi sendi bahu. Struktur ini berfungsi untuk:
- Menjaga agar tulang lengan atas (humerus) tetap stabil di rongga sendi bahu (glenoid).
- Memungkinkan berbagai gerakan seperti mengangkat, menjangkau, atau memutar lengan.
Empat otot ini dikenal dengan singkatan SITS:
- Supraspinatus: mengangkat lengan ke samping.
- Infraspinatus & Teres minor: memutar lengan ke luar.
- Subscapularis: memutar lengan ke dalam.
Namun, karena sering digunakan dan terus-menerus menahan beban, struktur ini rentan terhadap cedera, terutama pada usia di atas 40 tahun atau akibat aktivitas berulang.
Ketika Rotator Cuff Robek
Robekan rotator cuff bisa disebabkan oleh:
- Cedera akut: seperti jatuh atau mengangkat beban berlebih secara tiba-tiba.
- Kelelahan otot (overuse): sering terjadi pada atlet, tukang bangunan, atau pekerjaan yang melibatkan gerakan lengan berulang.
- Proses degeneratif: terjadi secara alami seiring bertambahnya usia.
Gejalanya meliputi:
- Nyeri saat mengangkat atau memutar bahu
- Kelemahan otot
- Sulit tidur karena nyeri saat berbaring pada sisi bahu yang sakit
- Gerakan lengan menjadi terbatas.
Untuk robekan ringan, terapi konservatif bisa membantu. Namun untuk robekan penuh, tindakan operasi biasanya dibutuhkan—dan prosedur yang kini paling sering digunakan adalah arthroscopy.
Arthroscopy Bahu: Solusi Bedah Minim Luka
Arthroscopy adalah teknik bedah modern yang minim invasif, di mana dokter memasukkan kamera kecil (arthroscope) dan alat bedah mini melalui sayatan kecil (kurang dari 1 cm) untuk memperbaiki jaringan dalam sendi.
Dalam kasus rotator cuff, prosedur ini memungkinkan dokter:
- Menjahit kembali tendon yang robek ke tulang lengan atas.
- Menghaluskan tulang jika diperlukan (dekompresi).
- Memperbaiki struktur jaringan lunak lainnya jika terlibat.
Kenapa Banyak Dokter Memilih Arthroscopy?
- Luka operasi lebih kecil sehingga lebih sedikit rasa nyeri
- Risiko infeksi rendah.
- Pemulihan lebih cepat dibanding bedah terbuka.

Gambar 1: Gambar posisi bedah
A. Posisi pasien dan penempatan anggota tubuh yang cedera. B. Titik tusukan yang ditunjukkan oleh panah pada gambar.

Gambar 2: Gambar operasi dengan arthroscopy
A. Arthroscopy bahu menunjukkan robekan rotator cuff. B. Rotator cuff dijahit dengan teknologi rivet dua baris.
Namun, setelah operasi, perjuangan belum selesai. Justru fase paling krusial adalah rehabilitasi pascaoperasi.
Rehabilitasi Pasca Operasi Rotator Cuff: Tahap Penentu Kesembuhan Pasien
Setelah operasi, pasien biasanya memakai arm sling atau abduction brace selama beberapa minggu. Bahu tidak boleh dibiarkan diam terlalu lama karena dapat menyebabkan kekakuan sendi (frozen shoulder).
Di sisi lain, gerakan terlalu agresif juga berisiko menyebabkan robekan ulang.
Maka dibutuhkan rehabilitasi yang terstruktur dan bertahap, dimulai dari gerakan pasif hingga aktif selama beberapa bulan. Satu hal penting yang jarang disadari adalah, posisi tubuh saat masa pemulihan bisa memengaruhi hasil rehabilitasi.
Studi Menjawab: Lebih Baik Berdiri atau Berbaring?
Penelitian yang diterbitkan di Laparoscopic, Endoscopic and Robotic Surgery tahun 2023 melibatkan 86 pasien yang menjalani operasi arthroscopy rotator cuff. Mereka dibagi menjadi dua kelompok:
- Kelompok A melakukan latihan rehabilitasi dalam posisi berdiri
- Kelompok B melakukan latihan yang sama dalam posisi berbaring (supinasi).
Durasi, jenis latihan, dan jadwalnya dibuat identik. Satu-satunya yang dibedakan adalah posisi tubuh saat berlatih.
Hasilnya? Kelompok berbaring unggul dalam semua aspek.
Hasil Penelitian: Fakta yang Tidak Bisa Diabaikan
Nyeri Lebih Rendah
Kelompok berbaring mengalami nyeri yang lebih ringan di minggu ke-2, 6, dan bulan ke-6 pasca operasi (diukur dengan skala VAS).
Gerakan Bahu Lebih Luas
Setelah 6 bulan, kelompok berbaring memiliki rentang gerak yang lebih besar:
- Fleksi hingga 125°.
- Abduksi hingga 109°.
Mengapa Posisi Berbaring Lebih Efektif?
- Lebih relaks: Pasien tidak perlu menahan beban tubuh, sehingga otot lebih tenang.
- Minim gravitasi: Tidak ada tarikan beban dari lengan, sehingga nyeri lebih kecil.
- Aliran darah ke bahu lebih lancar: Posisi berbaring mendukung penyembuhan jaringan.
Rekomendasi Praktis untuk Pasien dan Fisioterapis
Berdasarkan penelitian tersebut, rehabilitasi dalam posisi berbaring sangat dianjurkan setidaknya selama 6 minggu pertama pasca operasi rotator cuff. Ini berlaku untuk:
- Latihan pasif (dibantu orang lain)
- Gerakan sederhana seperti fleksi dan abduksi ringan.
Setelah fase awal ini berhasil, latihan bisa dilanjutkan secara bertahap dalam posisi duduk atau berdiri.

Gambar 3 pasien melakukan latihan sendi bahu dalam posisi telentang
A. Pasien berada dalam posisi telentang, sendi bahu dalam keadaan rileks, lengan yang cedera berada dalam posisi netral secara alami. B. Pasienmengangkat sendi bahu secara pasif dalam posisi telentang, posisi tersebut dipertahankan selama 5 detik lalu kembali ke posisi netral. C, Pandangan samping gerakan pasif pasien dalam posisi telentang.
Rotator cuff merupakan struktur penting yang menjaga stabilitas dan pergerakan bahu. Ketika mengalami robekan, sering kali memerlukan tindakan operasi. Arthroscopy menjadi teknik bedah pilihan karena minim invasif, lebih cepat pulih, dan memiliki risiko komplikasi yang rendah. Namun, kesuksesan operasi sangat bergantung pada fase rehabilitasi pascaoperasi, di mana posisi tubuh saat latihan memegang peranan penting. Berdasarkan penelitian, pemulihan dalam posisi berbaring terbukti lebih efektif untuk mengurangi nyeri dan mempercepat pemulihan pasien.
Pekanbaru, Indonesia


Leave a Reply